Hindari Minuman Karbonasi Dingin Selama Puasa

Hindari Minuman Karbonasi Dingin Selama Puasa

SEHAT selama menjalankan sisa puasa di bulan Ramadan bukanlah hal rumit, terlebih kita sudah beradaptasi selama beberapa pekan. Meski begitu, masih ada beberapa orang yang tidak menyadari melakukan kebiasaan kurang sehat, baik saat berbuka puasa maupun sahur.

Head of the Nutrition Department di Al Qassimi Hospital, Sharjah, Latifa Mohammed Rashid, mengatakan bahwa ada beberapa makanan dan minuman yang harus dihindari saat berbuka puasa maupun sahur. Di antaranya adalah minuman olahan atau berkarbonasi.

“Hindari minuman berkarbonasi yang terbuat daru susu dan buah karena mengandung banyak garam, serta hanya membuat Anda merasa haus setelah berbuka puasa,” katanya, sebagaimana dikutip Emirates247, Senin (21/7/2014).

Jadi, berbuka puasa dengan air putih dulu untuk memberikan cukup kalium yang Anda butuhkan untuk menjaga kadar gula darah tubuh. Konsumsi setelah seharian berpuasa. (Baca: Waspadai Penyakit Kronis saat Mudik)

Selain itu, berbagai minuman disuguhkan dalam bentuk sangat dingin. Banyak yang menyukainya dalam bentuk dingin karena memberikan efek menyegarkan saat berbuka puasa.

Namun, Latifa tidak menganjurkan untuk mengonsumsi minuman berkarbonasi, terutama dalam bentuk dingin. Sebab, hal ini bisa memicu gangguan perut dan kecanduan.

“Minuman es berkarbonasi dapat menyebabkan gangguan perut dan kecanduan sehingga umumnya tidak dianjurkan. Jika Anda ingin menghindari minuman berkarbonasi, cobalah menggantinya dengan memilih jus buah segar,” tutupnya. (fik)


View the original article here

Puasa Ramadan Bikin Asam Urat Membaik

Puasa Ramadan Bikin Asam Urat Membaik

TIDAK hanya amal dan perilaku yang membaik selama menjalankan puasa Ramadan. Namun, berbagai manfaat kesehatan juga didapat, misalnya keluhan nyeri asam urat yang mudah diperbaiki.
Menurut Dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, Konsultan Gastroenterologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, penyebab asam urat yakni pola makan yang tinggi purin. Namun, karena menjalani puasa, maka asam urat setidaknya bisa diminimalisir.
"Puasa (Ramadan) mendorong orang mengonsumsi makanan sehat dan jauh dari lemak. Karenanya, asam urat seseorang bisa membaik saat-saat sisa mendekati hari Lebaran ini," katanya saat diwawancarai Okezone, Senin (21/7/2014)
Lebih lanjut, makanan yang tinggi purin biasanya mengandung lemak. Lantas, apa saja makanan yang tinggi purin?
"Makanan berlemak, jeroan, daging kambing, dan emping adalah beberapa yang membuat asam urat seseorang kambuh," tutupnya. (Baca: Pola Makan Sehat selama Puasa) 
(fik)

View the original article here

Mudik saat Puasa, Sahur Jangan Lupa Minum Vitamin

Mudik saat Puasa, Sahur Jangan Lupa Minum Vitamin

BAGI Anda yang akan melakukan perjalanan ke kampung halaman, tentu banyak hal yang harus dipersiapkan. Apalagi, bagi mereka yang juga menjalankan ibadah puasa.

Salah satu persiapan sebelum melakukan perjalanan mudik dalam kondisi masih puasa adalah kebutuhan gizi. Menurut Direktur Medis Rumah Sakit Mitra Keluarga Depok, Jawa Barat, Dr Sri Widiyaningsih, bekal yang dibawa oleh pemudik untuk sahur dan berbuka puasa baiknya tidak sembarangan. Setidaknya harus memerhatikan sisi kebersihannya.

“Kalau makanan sih tetap nasi, tetapi kalau kita membawa bekal sendiri selama perjalanan mudik yang pasti harus higienis,” katanya di Jakarta, belum lama ini.

Dr Sri menambahkan bahwa bekal makanan yang dibawa oleh pemudik juga harus memenuhi kebutuhan gizi. Di antaranya mencakup karbohidrat, protein, dan vitamin.

“Makanannya harus mencakup karbohidrat, protein, vitamin, dan serat atau empat sehat, bahkan kalau bisa lima sempurna. Kalau lima sempurnanya bisa terpenuhi, itu lebih bagus. Kalau tidak juga tidak masalah,” jelasnya. (Baca: Mabuk Perjalanan Ketika Mudik, Minum Obat atau Istirahat)

Lebih lanjut, tidak kalah penting adalah menghindari sakit selama perjalanan. Jika memang terjadi, Dr Sri menyarankan untuk menambah asupan vitaman demi menutupi kekurangan asupan nutrisi.

“Kalau kita dalam perjalanan tiba-tiba sakit, maka harus memnuhi kebutuhan asupan nutrisi yang kurang dengan vitamin karena kalau sedang sakit biasanya menjadi sedikit makanan sehingga nutrisinya kemungkinan kurang,” tutupnya.  
(fik)


View the original article here

Buka Puasa Tidak Perlu Makanan Penutup

Buka Puasa Tidak Perlu Makanan Penutup

TIDAK terasa Ramadan sudah mendekati akhir. Namun, bukan berarti kesehatan selama berpuasa menjadi diabaikan.

Kunci menjaga kesehatan selama bulan ramadan bisa dilakukan pada waktu berbuka puasa. American Board Certified di Gastroenterology and Hepatology, Dr Abdulla A Fayyad mengatakan, salah cara menerapkan kebiasaan sehat di sisa bulan Ramadan adalah dengan mempercepat buka puasa.

“Mempercepat buka puasa artinya tidak banyak makanan yang dikonsumsi merupakan dasar untuk makan sehat selama bulan Ramadan,” katanya, seperti dikutip Emirates247, Senin (21/7/2014).

Menurut Dr Fayyad, aturan dasar sederhana yang harus diikuti selama bulan Ramadan adalah berbuka puasa dengan perlahan. Selain itu, Dr Fayyad mengatakan bahwa saat buka puasa makanlah makanan yang seimbang dan tidak perlu ada menu penutup.

“Ketika perut sudah terasa penuh, lebih baik membereskan makanan-makanan di meja dan menjauhkannya sehingga tidak ada godaan untuk makan berlebihan,” jelasnya. (Baca: Ragam Olahraga Dianjurkan saat Ramadan)

Selain itu, menu buka puasa harus seimbang. Bahkan, tidak ada menu penutup sebagai bagian dari kampanye mempromosikan kebiasaan makan sehat dan aman selama bulan Ramadan. (Baca: Pola Makan Sehat selama Puasa)  
(fik)


View the original article here

Puasa Stabilkan Tekanan Darah Penderita Hipertensi

Puasa Stabilkan Tekanan Darah Penderita Hipertensi

PUASA Ramadan memiliki banyak manfaat kesehatan. Bahkan, pada 10 hari jelang Lebaran, salah satu manfaat yang bisa diambil adalah menurunnya tekanan darah bagi penderita hipertensi.

Hal ini seperti diungkapkan Dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, Konsultan Gastroenterologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Menurutnya, naik turun tekanan darah pada penderita hipertensi disebabkan pola makan lemak yang tidak terkontrol, dan emosi yang diliputi rasa cemas.

Sementara itu, dengan menjalani puasa, setidaknya kebiasaan itu bisa diminimalisir.

"Tanda dari tekanan darah bisa turun, bisa dilihat dari pemakaian obat yang berkurang. Jika tekanan darah tidak turun, pasti ada yang tidak terkontrol antara pola makan atau emosi," katanya saat diwawancarai Okezone, Senin (21/7/2014)

Meski begitu, turunnya tekanan darah bagi penderita hipertensi juga tetap harus diwaspadai. Pasalnya, bisa saja aktivitas lain setelah menjalani puasa bisa memicu tekanan darah kembali naik.

"Mudik itu pasti memengaruhi tekanan darah penderita hipertensi. Dan, kuncinya agar bisa mempertahankan manfaat dari mengontrol pola makan dan pengendalian diri—jangan mudah terpancing untuk marah," tutupnya. (fik)


View the original article here

Pola Makan Sehat, Puasa Perbaiki Keluhan Maag

Pola Makan Sehat, Puasa Perbaiki Keluhan Maag

PUASA Ramadan tidak hanya membawa berkah bagi penderita maag. Puasa juga membawa keluhan maag membaik.
Dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, Konsultan Gastroenterologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menjelaskan, puasa mampu membuat maag membaik. Apalagi, hal ini terjadi karena pola makan saat berbuka puasa dan sahur yang sehat.
"Maag bisa muncul karena faktor makan. Jadi, cara untuk mengontrolnya ialah dengan menghindari makanan yang asam, pedas, berlemak, dan juga cokelat," katanya saat diwawancara Okezone, Senin (21/7/2014)
Lebih lanjut, penyakit ini juga masih bisa bergejolak. Untuk itu, Anda bisa mengonsumsi obat penekan asam lambung. (Baca: Pola Makan Sehat selama Puasa) 
"Saat perut tidak enak saat jalani puasa, berarti asam lambung meninggi. Kalau sudah seperti itu, minumlah obat asam lambung khususnya saat sahur," terangnya.
(fik)

View the original article here

Malas Gerak saat Puasa Justru Tidak Sehat

Malas Gerak saat Puasa Justru Tidak Sehat

PUASA bukan menjadi alasan untuk bermalas-malasan. Meski ketika puasa tubuh akan terasa lemas dan mengantuk, berdiam diri justru dinilai tidak menyehatkan.

Dokter dan ahli kebugaran, Dr Chandy George, dari Balance Wellbeing 360 mengatakan bahwa menjalani rutinitas dengan latihan ringan tetap diperlukan untuk menjaga tubuh aktif selama puasa. Biasanya, olahraga lebih ideal dilakukan setelah berbuka puasa.

“Kuncinya adalah mengonsumsi makanan ringan sebelum berolahraga pada pukul 21.00, yaitu setelah berbuka puasa,” katanya, seperti dikutip Gulfnews, Kamis (17/7/2014).

Lebih lanjut, Dr George menjelaskan bahwa pada hari biasa, olahraga pagi dapat membantu mendongkrak energi untuk menjalani sisa hari. Namun, berolahraga rutin pada bulan biasa tidak boleh dilakukan selama siklus puasa di bulan Ramadan. (Baca: Alasan Diabetesi "Haram" Puasa saat Gula Darah Tinggi)

“Hindari berolahraga pagi hari karena tubuh yang sedang berpuasa akan kelelahan setelah itu. Hal tersebut juga akan menyebabkan kerusakan otot dan meningkatkan dehidrasi,” jelasnya.

Lemak sendiri seperti bahan bakar utama metabolik bagi orang-orang yang sedang menjalankan ibadah puasa. Namun, menurut Dr George, seharusnya membakar lemak tidak menjadi fokus utama selama Ramadan, melainkan cukup untuk metabolisme.

“Fokus utama selama Ramadan harus memaksimalkan metabolisme karena puasa akan membuatnya melambat sehingga harus tetap aktif,” tutupnya.  
(fik)


View the original article here

Siasat Mengonsumsi Obat Selama Puasa

Siasat Mengonsumsi Obat Selama Puasa

PERUBAHAN jadwal makan dan mengonsumsi obat bisa menimbulkan hipoglikemia atau gula darah terlalu rendah pada penderita diabetes. Namun demikian, hal ini masih bisa disiasati dengan menumbalkan puasa.

Dr. Benny Kurniawan, Marketing Manager PT Roche Indonesia mengatakan konsumsi obat yang biasanya dilakukan pagi ataupun sore, bisa dilakukan saat buka puasa. Jenis obatnya pun bukan berlaku untuk oral, tapi juga suntik insulin. (Baca: Teh Manis Tak Baik Dikonsumsi saat Sahur)  
"Selama bulan puasa, obat bisa dikonsumsi saat buka puasa dan sahur," jelasnya dalam acara yang bertema 4 Sehat 5 Teratur Selama Berpuasa bagi Diabetesi bersama Accu- Chek, di Crown Plaza lantai 2 di Maroush Restaurant, Gatot Subroto, Jakarta Selatan, 16 Juli 2014. (Baca: Diabetesi Pantang Olahraga Dekati Waktu Buka Puasa)
Selain itu harus diingat, saat minum obat sewaktu sahur jumlah dosisnya harus dikurangi. (Baca: Alasan Diabetesi "Haram" Puasa saat Gula Darah Tinggi)
"Pengurangan dosis obat hipoglikemik oral ini sendiri untuk menghindari terjadinya hipoglikemik ada sore hari. Karena itu, dosisnya separuhnya saja," tutupnya.
(fik)


View the original article here

Alasan Diabatesi ''Haram'' Puasa saat Gula Darah Tinggi

Alasan Diabatesi ''Haram'' Puasa saat Gula Darah Tinggi

MENJALANI puasa Ramadan, bagi penderita diabetes atau diabetesi memang diperbolehkan. Namun, "haram" hukumnya jika kondisi gula darah sedang tinggi.
Menurut Dr Benny Kurniawan, Marketing Manager PT Roche Indonesia, jika diabetesi memaksakan diri berpuasa, maka akan memicu kejadian yang fatal atau penyakit baru. Nyatanya, diabetesi dengan kadar gula darah di atas 300 mg/dl tidak boleh berpuasa. Pasalnya, saat gula darah tinggi, lemak tubuh akan dibakar secara drastis. (Baca: Jangan langsung makan besar usai konsumsi takjil)
“Hasilnya, akan menciptakan pecahan, dimana tidak hanya energi yang dihasilkan tapi juga keton (racun-red). Dari keton ini, akhirnya bisa timbul komplikasi yang berat," katanya dalam acara bertema “4 Sehat 5 Teratur Selama Berpuasa bagi Diabetesi” bersama Accu-Chek di Crown Plaza, Jakarta, Rabu, 16 Juli 2014. (Baca: Mengintip proses kemampuan bayi bicara)
Untuk berpuasa, diabetesi harus lebih dulu menurunkan kada gula darahnya. Caranya dengan mengurangi konsumsi asupan manis dan olahraga selama 30 menit selama empat sampai lima hari dalam sepekan.
"Patokannya, turunkan gula darah di bawah 300 mg/dl. Nah, setelah itu sudah boleh puasa," pungkasnya.
(fik)

View the original article here

Diabetesi Pantang Olahraga Dekati Waktu Buka Puasa

Diabetesi Pantang Olahraga Dekati Waktu Buka Puasa

SELAMA berpuasa, penderita diabetes atau diabetesi boleh olahraga. Meski begitu, olahraga baiknya tidak dilakukan mendekati waktu berbuka puasa.
Menurut Dr Benny Kurniawan, Marketing Manager PT Roche Indonesia, diabetesi tidak dianjurkan berolahraga satu atau dua jam sebelum buka puasa. Pasalnya, kadar gula darah dalam tubuh berada pada tahap terendah. Mereka berisiko hipoglikemia.
"Jam 16.00 atau 17.00 adalah titik gula darah terendah kita. Alih-alih mendapatkan kesehatan, malah bisa mengancam kesehatan karena hipoglikemia, kalau dipaksakan berolahraga," katanya dalam acara bertema “4 Sehat 5 Teratur Selama Berpuasa bagi Diabetesi” bersama Accu-Chek, di Crowne Plaza Hotel, Jakarta Selatan, baru-baru ini. Baca: Jangan langsung makan besar usai konsumsi takjil)
Untuk berolahraga, diabetesi lebih dianjurkan melakukannya setelah berbuka. Pasalnya, kadar gula darah saat itu sudah kembali normal. (Baca: Mengintip proses kemampuan bayi bicara)
"Saat kita buka puasa, gula darah kembali normal. Ini adalah kondisi yang tepat untuk penderita diabetes mulai berolahraga," imbuhnya.
Sementara itu, jenis olahraga yang tepat untuk diabetesi adalah aerobik. Alasannya, olahraga tersebut bisa meningkatkan daya tahan tubuh untuk menopang kegiatan harian.
"Aerobik jenis olahraga yang kita masih sempat untuk menarik napas. Misalnya, jalan kaki, nah itu kita lakukan sebanyak 15o menit dibagi menjadi empat atau lima hari per pekan," tutupnya.
(fik)

View the original article here

Pola Puasa Sehat untuk Diabetesi

Pola Puasa Sehat untuk Diabetesi

PENDERITA diabetes yang berpuasa tentunya tidak boleh sembarang mengonsumsi makanan. Hal ini bisa menimbulkan komplikasi terhadap kadar gula darahnya.
Menurut Dr Benny Kurniawan, Marketing Manager PT Roche Indonesia, diabetesi punya pola makan khusus ketika puasa. Saat buka puasa, misalnya, diabetesi tidak boleh langsung mengonsumsi makanan dalam porsi berlebihan. Jika memaksa, gula darah akan mengalami lonjakan yang cukup signifikan. (Baca: Jangan langsung makan besar usai konsumsi takjil)
"Polanya itu, 10 persen untuk jumlah konsumsi makanan saat berbuka puasa dan sebaiknya mengonsumsi yang manis dulu. Lalu, 40 persennya makanan berat setelah melakukan salat maghrib. Setelah salat tarawih atau sekitar jam 21.00, hanya boleh mengonsumsi makanan ringan sejumlah 10 persen," katanya di Jakarta, baru-baru ini. (Baca: Diabetesi Pantang Olahraga Dekati Waktu Buka Puasa)
Sementara, untuk sahur, jumlah konsumsinya sebesar 40 persen. Menurut Dr Benny, jika diabetesi bisa menjalani pola makan tersebut dengan baik, mereka bisa memiliki cukup energi untuk menjalani aktivitas harian. Porsi 40 persen atau makanan berat tersebut, jenis makanannya harus bervariasi dan lengkap gizinya; sayur, buah, lauk, karbohidrat dan lemak. (Baca: Alasan Diabetesi "Haram" Puasa saat Gula Darah Tinggi
“Hindari juga mengonsumsi yang manis-manis saat sahur. Sebab, makanan manis akan bikin cepat kenyang, tapi cepat lapar lagi yang otomatis mempercepat penurunan gula darah. Kondisi ini pada akhirnya akan membuat fisiko seseorang lemas dan berisiko mengalami hipoglikema," pungkasnya.
(fik)

View the original article here

Pola Makan Sehat selama Puasa

Pola Makan Sehat selama Puasa

PADA bulan Ramadan, umat muslim berpuasa dari matahari terbit hingga matahari terbenam. Tentu, kondisi ini membuat tubuh mengalami perubahan pola makan dan minum.

Meski begitu, saat berbuka maupun sahur Anda harus tetap mengonsumsi makanan secara sehat. Berikut beberapa tips makan sehat selama Ramadan, seperti dilansir Hellodoctor, Rabu (16/7/2014).

Hindari makanan berwarna putih

Makanan berwarna putih, misalnya roti, beras, dan gula. Beberapa jenis makanan putih diproses dengan komposisi yang kurang sehat dan nilainya gizinya telah berkurang. Anda dapat menggantinya dengan mengonsumsi roti gandum, beras merah, dan madu sebagai pemanis alami.

Hindari junk food

Junk food saat memang mudah dicari, tetapi hampir tidak mengandung nutrisi apapun. Oleh karena itu, akan selalu baik jika memasak sendiri menu masakan selama bulan Ramadan.

Hindari makanan dan minuman penyebab dehidrasi

Dehidrasi adalah masalah paling umum yang terjadi selama puasa. Oleh karena itu, cobalah untuk minum banyak air atau mengonsumsi makanan yang mengandung banyak cairan. Selain itu, hindari kopi dan soda karena dapat menyebabkan dehidrasi. (Baca: Kiat sehat makan takjil saat berbuka puasa)

Hindari gorengan

Makanan yang digoreng, terlalu manis, ataupun terlalu pedas tidak dianjurkan untuk dikonsumsi selama puasa. Makanan-makanan tersebut sulit dicerna dan dapat memicu beberapa masalah kesehatan yang serius. Sebagai alternatif, Anda bisa mengonsumsi makanan yang direbus, dikukus, atau dibakar.

Kurangi asupan karbohidrat

Selama bulan puasa, Anda menghabiskan sebagian besar waktu tanpa makan dan minum. Dalam kondisi seperti ini, cobalah untuk mengurangi asupan berkarbohidrat dan lebih banyak makan serat serta protein saat sahur. Hal ini karena serat dan protein akan membuat Anda kenyang lebih lama dan membantu sistem pencernaan lancar. (fik)


View the original article here

Segar saat Puasa, Whulandary Rajin Olahraga

Segar saat Puasa, Whulandary Rajin Olahraga

SELAMA bulan puasa, banyak orang malas beraktivitas hingga tubuh menjadi lemas dan vitalitas menurun. Puteri Indonesia 2013 Whulandary Herman justru tidak pernah meninggalkan olahraga selama Ramadan.

Whulandary Herman mengaku tetap rajin beraktivitas, termasuk olahraga, saat puasa. Untuk hal ini, biasanya Whulan melakukannya malam hari.

"Aku jalani olahraga, enggak pernah absen. Yoga dan jam 07.00 olahraga agar tubuh sehat dan segar," katanya kepada Okezone jelang talkshow “The Beauty of Ramadhan 2014” di Smesco Tower, Jakarta, Rabu (16/07/2014).

Gadis asal Minangkabau ini mengaku, aktivitasnya di bulan suci Ramadan sangat padat. Untuk itu, agar terlihat sehat dan bugar dia memilih berolahraga agar semangat dan tidak mudah loyo.

"Aktivitasku nonstop selama bulan puasa ini. Cara untuk bikin badan sehat dan bugar, ya dengan olahraga," tutupnya. (fik)


View the original article here

Kiat Sehat Makan Takjil saat Berbuka Puasa

Kiat Sehat Makan Takjil saat Berbuka Puasa

BANYAKNYA takjil yang dijajakan di pinggir jalan jelang buka puasa, seringkali membuat orang lapar mata. Akibatnya, mereka tanpa sadar membeli hingga mengonsumsinya secara berlebihan.

Dokter gizi Dr dr Fiastuti Witjaksono, MSc, MS, Sp.GK mengatakan bahwa takjil yang dikonsumsi berlebihan justru bisa memicu penyakit. Lantas, bagaimana cara sehat untuk mengonsumsi takjil?

"Takjil yang sehat itu jumlahnya tidak terlalu banyak dan tidak boleh dikonsumsi terus-menerus. Juga, tidak mengandung gula ataupun santan yang banyak," katanya kepada Okezone di Jakarta, belum lama ini. (Baca: Puasa Pekan Ketiga kok Makin Lemes)

Takjil untuk berbuka, imbuh dr Fiastuti, biasanya harus memiliki rasa manis. Apalagi, takjil sebenarnya digunakan untuk mengganti kadar gula dalam tubuh usai menjalani puasa seharian.

"Takjil ini kan digunakan untuk segera mengganti kadar gula. Kadar darah yang turun karena 14 jam tidak terisi makanan," tutupnya. (fik)


View the original article here

Manfaat Puasa bagi Pasien Penyakit Jantung

Manfaat Puasa bagi Pasien Penyakit Jantung

PUASA tidak selalu akan berdampak negatif bagi pasien dengan masalah kardiovaskular. Bagaimanapun, puasa tidak memiliki dampak negatif pada pasien dengan kondisi jantung yang stabil.

Kardiologis Dr Benny Panakkal BSc, MBBS, MD dari Badr Al Samaa Hospital, Ruwi, mengatakan bahwa puasa tidak berdampak negatif pada pasien penyakit jantung dengan gejala berulang, seperti nyeri dada atau sesak napas. Menurutnya, puasa memiliki manfaat kesehatan yang signifikan bagi pasien dengan kondisi kardiovaskular stabil.

Lantas, mengapa puasa bisa memiliki manfaat kesehatan yang signifikan? Dr Benny mengatakan bahwa hal tersebut mungkin terjadi karena beberapa kebiasaan, yang menjadi faktor risiko penyakit jantung, menjadi berkurang saat puasa. (Baca: Pasien Penyakit Jantung Tak Bisa Puasa jika...)

“Asupan makanan yang rendah, pantang merokok selama 15 jam per hari, dan kondisi stres berkurang selama berpuasa akan memiliki dampak positif terhadap sistem kardiovaskular pada seseorang yang sehat, juga pasien dengan kondisi jantung stabil selama perawatan,” katanya, seperti dikutip Omanobserver, Selasa (15/7/2014).

Selain itu, Dr Benny mengatakan bahwa individu dengan masalah jantung akan memperoleh manfaat puasa jika mereka mengonsumsi porsi makan lebih kecil setelah berbuka puasa. Juga, sering mengonsumsi makanan sehat dibanding makanan penuh lemak dan berminyak. (Baca: Mau Puasa, Pasien Jantung Perlu Konsultasi Dokter)

“Lebih banyak makan buah, daging tanpa lemak, ayam, dan ikan harus lebih sering dikonsumsi daripada makanan yang digoreng dan lemak. Selain itu, baiknya minuman mengandung tinggi gula dan permen,” tutupnya. (ftr)


View the original article here

Puasa 20 Jam, Vidi Aldiano Tak Lupa Minum Vitamin

Puasa 20 Jam, Vidi Aldiano Tak Lupa Minum Vitamin

BERPUASA di negeri orang merupakan tantangan tersendiri, seperti yang dirasakan penyanyi Vidi Aldiano. Vidi saat ini sedang menjalankan ibadah puasa di Manchester, Inggris.

Vidi kini sedang menjalani studi S3 di University of Manchester. Senin, 17 Juli 2014, dia menyempatkan datang ke Jakarta sebagai Duta The United Nations Population Fund (UNFPA) Country Office in Indonesia yang mengkampanyekan pentingnya pendidikan untuk anak muda.

Dia mengatakan bahwa menjalankan ibadah puasa di Inggris cukup berbeda dengan di Indonesia. Pasalnya, berpuasa di negeri Ratu Elizabeth tersebut bisa hingga sekira 20 jam.

“Iya, akan menjalankan puasa di sana, dan nanti di sana itu puasa sampai 20 jam, jadi doakan,” katanya di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, baru-baru ini.

Terlebih, cuaca di Inggris kadang tidak bersahabat dengan orang-orang Asia. Tentu, hal tersebut juga bisa menjadi tantangan saat berpuasa bagi pria kelahiran 29 Maret 1990 tersebut. (Baca: Kunci Diet Sehat selama Ramadan)

Oleh karena itu, pelantun ‘Gadis Genit’ tersebut menyiasati agar puasanya tetap sehat dengan minum vitamin setiap hari. Menurutnya, minum vitamin juga akan membantunya menghadapi cuaca tidak bersahabat di Inggris saat bulan Ramadan.

“Minum vitamin pasti, kalau enggak bisa ‘gila’. Udara di sana juga enggak bagus, anginnya kencang," tutupnya. (Baca: Kunci Sehat Puasa, Jangan Sampai Dehidrasi!) (ftr)


View the original article here

Pasien Penyakit Jantung Tak Bisa Puasa jika...

Pasien Penyakit Jantung Tak Bisa Puasa jika...

MEMILIKI penyakit jantung tidak menghalangi seseorang untuk menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Namun, seseorang juga bisa tidak boleh berpuasa dengan kondisi jantung tertentu.

Kardiologis Dr Benny Panakkal BSc, MBBS, MD, dari Badr Al Samaa Hospital, Ruwi, mengatakan bahwa puasa dapat memengaruhi pasien yang menderita serangan jantung akut. Menurutnya, pasien-pasien ini tidak bisa puasa dalam waktu enam pekan setelah serangan jantung. (Baca: Diabetesi Wanita Lebih Rentan Penyakit Jantung Koroner)

“Selain itu, pasien yang menjalankan pengobatan untuk gagal jantung dan mengonsumsi obat-obatan, seperti Lasix untuk menghilangkan cairan dari tubuh, harus menghindari puasa,” katanya, seperti dikutip Omanobserver, Selasa (15/7/2014).

Dr Benny menjelaskan, jika terjadi ketidakseimbangan asupan air atau hilang dari tubuh, maka pasien penyakit jantung tersebut berisiko mengembangkan masalah kesehatan lain. Dampaknya bukan hanya kehilangan cairan tubuh atau dehidrasi. (Baca: Mau Puasa, Pasien Jantung Perlu Konsultasi Dokter)

“Kehilangan air yang berlebihan tanpa mengganti dengan air minum dapat menyebabkan dehidrasi dan tekanan darah rendah. Kondisi tersebut dapat menyebabkan masalah lebih lanjut,” tuturnya.

Lebih lanjut, pasien yang setelah menjalani operasi jantung terbuka juga tidak bisa berpuasa, terhitung dari enam pekan paska operasi. Lainnya adalah pasien penyakit jantung yang memerlukan observasi konstan. (Baca: Fakta Penyakit Jantung Patut Anda Pahami)

“Pasien jantung yang sedang minum obat pengencer darah atau antikoagulan, dan pasien dengan kondisi memerlukan observasi konstan lebih baik menghindari puasa, kecuali sudah memperoleh izin dari dokter,” simpulnya. (ftr)


View the original article here

Mau Puasa, Pasien Jantung Perlu Konsultasi Dokter

Mau Puasa, Pasien Jantung Perlu Konsultasi Dokter

KETIKA hendak memasuki bulan Ramadan, banyak pasien penyakit jantung bertanya-tanya, apa yang harus mereka lakukan selama berpuasa?  
Dr Benny Panakkal BSc, MBBS, MD, kardiolog dari Badr Al Samaa Hospital, Ruwi, mengatakan bahwa umumnya orang dengan kondisi stabil dan tanpa gejala asimtomatik, tidak ada salahnya berpuasa selama Ramadan. Bahkan, beberapa studi baru menunjukkan bahwa puasa dapat meningkatkan kadar kolesterol dan menurunkan berat badan jika dilakukan dengan cara yang sehat.
Namun, bukan berarti seorang pasien jantung bisa langsung menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadan. “Bagaimanapun, selalu lebih aman untuk mencari saran dokter sebelum pasien jantung mulai puasa karena ada situasi tertentu di mana mereka tidak dianjurkan puasa,” katanya, seperti dikutip Omanobserver, Selasa (15/7/2014).
Kemudian, Dr Benny Panakkal mengatakan bahwa sangat penting bagi pasien penyakit jantung untuk tetap mengonsumsi obat yang diresepkan dokter selama berpuasa. Tidak perlu khawatir, menurutnya, minum obat dapat disesuaikan dengan waktu puasa.
Dia menjelaskan semua pasien perlu menjalani stenting, terutama dua obat implan, perlu rutin dikonsumsi untuk mencegah pembekuan darah. Obat tersebut adalah asprin dan clopidogrel, setidaknya untuk jangka waktu setahun. (Baca: Minum Banyak Alkohol Berisiko Penyakit Jantung)

Setelah satu tahun, konsumsi clopidogrel umumnya bisa dihentikan, tetapi aspirin harus dilanjutkan seumur hidup kecuali dianggap tidak perlu oleh dokter. Lalu, bagaimana waktu konsumsi kedua obat tersebut selama berpuasa di bulan Ramadan?
“Aspirin dikonsumsi setelah berbuka puasa karena harus setelah makan untuk mencegah masalah perut. Sedangkan, clopidogrel dapat dikonsumsi sebelum sahur atau setelah berbuka puasa. Obat penurun kolesterol dapat dikonsumsi seperti biasa, yakni sebelum tidur,” tutupnya.
(ftr)

View the original article here

Cegah Bau Mulut saat Puasa, Makanlah Buah

Cegah Bau Mulut saat Puasa, Makanlah Buah

BAU mulut saat puasa masih menjadi permasalahan yang paling umum. Bau tersebut bisa dicegah dengan berbagai cara, seperti mengonsumsi buah.

Menurut Dr dr Fiastuti Witjaksono, MSc, MS, Sp.GK, buah seperti kiwi memiliki serat tinggi. Inilah yang menyebabkannya efektif mencegah bau mulut.

"Buah umumnya bisa mencegah bau mulut saat puasa karena cairan yang dihasilkan banyak, sehingga mulut lebih segar," katanya, kepada Okezone di Jakarta, belum lama ini.

Meski begitu, dr Fiastuti menambahkan bahwa bau mulut ditentukan oleh kebersihannya. Karena itu, selain konsumsi buah, mulut juga tetap harus dijaga kebersihannya untuk mencegah bau tidak sedap.

"Tapi, sebenarnya bau mulut ini lebih kepada kebersihan. Jadi, harus tetap bersih," tutupnya. (fik)


View the original article here

Anak Ikut Puasa, Orangtua Harus Awasi Pola Makannya

Anak Ikut Puasa, Orangtua Harus Awasi Pola Makannya

SAAT puasa, pola makan dan minum mengalami perubahan. Meski begitu, puasa juga membuat tubuh lebih sehat.
"Kalau pada orang dewasa, apalagi yang mengalami kegemukan, puasa itu menolong sekali. Frekuensi makannya jadi lebih sedikit," kata pakar gizi Dr dr Fiastuti Witjaksono, MSc, MS, Sp.GK. kepada Okezone di Jakarta, belum lama ini.
Namun, puasa yang dilakukan oleh orang dewasa tentu berbeda pada anak-anak. Menurut spesialis gizi klinik FKUI ini, anak-anak yang menjalani puasa tetap harus diawasi oleh orangtuanya. Pasalnya, puasa yang dilakukan anak-anak akan berpengaruh pada tumbuh kembang mereka. (Baca: Konsumsi Kiwi Mampu Tahan Lapar Selama Puasa)
"Yang kita pikirkan, kalau anak-anak yang setiap harinya susah makan, ditambah lagi puasa, maka asupan yang masuk jadi semakin sedikit. Padahal, anak itu kan masih dalam tahap tumbuh kembang. Untuk anak baru tahap belajar, yang penting baginya adalah tumbuh kembangnya," tutupnya. (Baca: Kiwi Efektif Tingkatkan Mood Pria)
(fik)

View the original article here